Thursday, March 26, 2009

Lagi, balasan sedekah

Cerita tentang fadilah sedekah mah tidak ada habisnya. Menurut para ustadz, sedekah itu memiliki 4 mata pisau: sedekah mengundang datangnya rezeki; sedekah menyembuhkan penyakit; sedekah menolak bala; sedekah memanjangkan umur.

Kalau saya bercerita sedekah di sini bukanlah sekali-kali berniat riya maupun ujub. Tapi semata-mata ingin mengungkapkan betapa ajaibnya sedekah itu berakibat kebaikan atas diri saya, meskipun sedekah saya baru sedikit ikhlasnya.

Suatu saat saya sedang ada kesulita keuangan, padahal tanggal masih muda sekali. Tiba-tiba sesampainya ada seseorang kirimm pesan meminta tolong untuk diberi sedekah. Karena tidak ada pertemuan tanpa izin Allah, saya berpikir bahwa pengirim pesan ini pasti dikirim Allah untuk datang ke saya. Dan saya lantas berdoa 'Ya Allah bila kedatangan si fulan ini memang Engkau utus untuk menjumpai saya, maka tolonglah agar saya dapat membantunya' demikian yang dipesankan seorang ustadz kepada saya.

Singkat kata saya bersedekah kepada si fulan sebesar Rp. 200ribu.
Seminggu kemudian, saya dapat pesan dari seorang teman saya: pak saya sudah transfer ke rekening bapak Rp. 2juta sebagai tanda terimakasih saya atas bantuan bapak tempo hari. Masya Allah, kali ini Allah menunaikan janjiNya yaitu barang siapa membelanjakan 1 akan diganti dengan 10 kali.

Tuesday, January 20, 2009

Seri catatan perjalanan haji (3)

Pamitan dengan kerabat

Bojong Rangkas, hari Rabu, 5 Desember 2007

Sebenarnya niatan pergi ke tanah suci ingin saya lakukan secara diam-diam saja. Gak usah pakai upacara ini dan itulah. Yang penting melakukan syarat dan rukunnya kan udah. Dengan begitu dapat mengirit ongkos. Maklumlah, ongkos buat acara pamita seperti yang digelar orang-orang pada umumnya kan tidak sedikit.

Tapi ternyata hal itu tidak mungkin dilakukan. Yang namanya hidup di kampung kan mesti kudu ngikutin adat istiadat dan tatacara dikampung tersebut-kalau tidak mau dibilang aneh-aneh oleh warga kampung. Ya sudah akhirnya acarapun digelar dengan sedikit meriah. Malah direncanakan pake ratiban segala. Tak lupa ada pula ceramahnya, yang disampaikan oleh pak H. Sholeh, tetua di kampung itu.

Dalam ceramahnya Pak Haji menguraikan rahasia yang terkandung dibalik megahnya Ka'bah. Saya tidak ingat berapa banyak rahasia yang diungkapkan oleh pak Haji, karena sesungguhnya saya memang tidak konsen dengan acara tersebut. Maklum ceramah disampaikan dalam bahasa sunda yang saya tidak ngerti. Saya hanya sering menyaksikan para hadirin tertawa tergelak seraya mendengarkan uraian pak Haji.

Sehabis ceramah seyogyanya acara langsung dilanjutkan dengan ratiban, yaitu melagukan kalimat puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah dengan diiringi tabuhan rebana. Namun demikian karena rombongan rebana ini berasal dari Jakarta yang harus dijemput yang pake macet segala, sehingga sesampainya di rumah bukan saja acara ceramah yang telah usai bahkan acara makan siangpun telah terlewat.

Namun demikian rombongan ratiban tetap bermain, walaupun yang menonton tinggal anak-anak yang tertarik dengan suara rebana, sedang hadirin yang inginnya kami hibur telah lebih dulu pulang sehabis makan siang tadi. Kemudian timbul ide agar setelah ratiban diadakan ceramah dengan mengundang rombongan pengajian ibu-ibu di kampung tersebut (konon katanya ini untuk menjaga perasaan ibu-ibu pengajian jangan sampai timbul iri, karena semula yang diundang hanya bapak-bapak). Singkat cerita, rombongan pengajian ibu-ibu baru bisa ceramah ba'da asar.

Begitulah, acara hari itu selesai pada jam 5 sore.

Thursday, January 15, 2009

Catatan Perjalanan ke Tanah Suci

Akhirnya Allah berkenan seorang hambaNya mengunjungi "rumah"Nya di tanah suci.

Di penghujung tahun 2007 saya berkesempatan menunaikan ibadah haji, sebuah ibadah yang sangat didambakan oleh seluruh umat Islam.
Selayaknya akan menempuh sebuah perjalanan, maka persiapan ini dan itu mulai dilakukan. Persiapan pertama dimulai ketika sekitar bulan April 2007 saya mendaftarkan diri melalui sebuah biro perjalanan. Pemilihan melalui biro perjalanan ini setelah mendengar cerita dari sana-sini bahwa tujuan perjalanan adalah ibadah. Oleh karena itu waktu di tanah suci kelak harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk beribadah. Tidak direpotkan misalnya dengan persoalan makan, atau tempat pemondokan yang jauh dari Masjid al Haram dll.
Mulailah menjalani manasik yaitu berisi penjelasan segala sesuatu tentang pelaksanaan ibadah haji dan secara mental mengkondisikan diri dengan situasi ibadah di tanah suci kelak baik yang bersifat wajib (rukun) dan yang sunnah.
Manasik ini selain diselenggarakan oleh biro perjalanan juga diadakan oleh teman2 kantor dengan mengundang ustadz. Kebetulan yang akan berangkat haji tahun itu ada 3 orang. Puncak kegiatan manasik adalah diadakannya pelepasan calon haji oleh manajemen di perusahaan. Saat bersalaman dengan teman2 yang memberi selamat perasaan terasa mengharu biru. Kita semua berterimakasih kepada teman2 kantor yang telah datang untuk kita mintai maafnya, padahal seharusnya kitalah yang mesti datang kepada mereka minta maaf agar haji kita sempurna.
Tulisan ini mengawali kisah perjalanan yang akan diterbitkan pada waktu2 yang akan datang.